Natal Memberi Ruang

Oleh : P. Erianto Hasibuan

Tanggal Posting : 30 August 2013

Pernahkah Anda merasa kesepian kala berada di keramaian, tetapi tidak demikian walau hanya di antara beberapa orang? Rasa sepi yang Anda dan saya rasakan ternyata tidak ditentukan oleh jumlah orang yang ada di antara Anda dan saya, tetapi bagaimana penerimaan orang tersebut terhadap kita. Saat hadir di antara orang yang kita kenal dengan baik, kehangatan penerimaan akan membuat kita nyaman, sebaliknya saat kita berada di antara orang yang tidak kita kenal, butuh waktu bagi kita dan mereka untuk dapat saling menerima dengan nyaman.
   
Kita dapat diterima atau menerima orang lain, tergantung pada sejauh mana kita menyediakan ruang di hati kita bagi orang tersebut. Sekalipun saling mengenal dengan baik, tetapi tanpa saling perkenan satu sama lain untuk menyediakan ruang baginya maka kehangatan penerimaan hanya menjadi harapan belaka.
   
Akan halnya kabar kelahiran Yesus Kristus, sejak dalam Perjanjian Lama (PL) telah dinubuatkan oleh para nabi, bahkan sejak tahun 700-680 SM nabi Yesaya telah menubuatkan dengan jelas akan kelahiran Imanuel (Yes. 7:14) yang bertujuan untuk memberi keyakinan pada raja dan umat pada masa itu untuk tidak bergantung pada kekuatan asing dalam melawan kerajaan Asyur, tetapi bergantung pada Allah. Imanuel adalah simbol dari pengharapan mereka, tetapi raja tak memberi ruang bagi nubuatan Yesaya. Kemakmuran telah menyesatkan umat Yehuda pada masa itu, hingga menutup ruang hati mereka bagi suara kenabian Yesaya.
   
Hal senada terjadi dalam Perjanjian Baru (PB) saat Yusuf dan Maria kembali ke Betlehem untuk mendaftarkan dirinya, terkait dengan sensus. Pada saat bersamaan, Maria siap untuk melahirkan. Bukankah begitu banyak tempat yang mereka ketuk untuk mendapatkan tempat menginap? Tetapi tak satu pun ruang yang tersedia. Mungkin keramaian pengunjung telah menutup ruang hati mereka untuk berbagi, hingga hanya kandang domba yang mau memberikan ruang bagi mereka. Pdt. Yohanes Bambang Mulyono dalam Pelita Umat menggambarkan penerimaan oleh pemilik kandang dan gembala sebagai kesediaan menyediakan ruang, yaitu ruang fisik yang disebut kandang dan ruang hati berupa kesediaan menyambut. Mereka merupakan representasi dari umat yang dengan tulus menyediakan ruang bagi karya keselamatan Allah.
   
Natal kembali akan tiba seperti juga tahun-tahun sebelumnya. Acara seremonial bahkan telah dimulai pada masa Advent, utamanya di perkantoran dengan alasan kepraktisan. Acara belanja sudah diatur sedemikian rupa berkenaan dengan perolehan THR. Lalu apa yang berdeda dengan tahun sebelumnya? Jika Natal diartikan sebagai sebuah ceremony niscaya tidak akan banyak perbedaan dan langka makna. Tidak demikian jika kita melihatnya sebagai peristiwa karya penyelamatan Allah.

Berita Natal saja sudah memberi syalom (damai sejahtera) bagi kaum marginal, sebagaimana para gembala yang menerima kabar kelahiran-Nya. Ini menggambarkan bagaimana Natal memberi ruang (harapan) kepada mereka yang dimarginalkan, menjadi saksi penting bagi sebuah peristiwa maha besar di dunia. Tuhan memandang kaum marginal itu penting, bukan karena kemiskinan mereka, tetapi karena mereka masih memberi ruang di hati mereka untuk menyambut syalom Tuhan, tidak seperti para pemilik penginapan di Betlehem yang ruang hatinya telah penuh dengan sekat-sekat keramaian yang membuat mereka tak lagi memiliki ruang bagi panggilan Tuhan. Peristiwa yang hampir sama telah terjadi, jauh sebelumnya, yaitu saat Yesaya menyampaikan kabar kelahiran Sang Imanuel, tetapi tak mendapat tempat di ruang hati para raja dan umat Yehuda serta Israel pada masa itu.

Jika tahun lalu Anda telah memberikan ruang bagi panggilan Tuhan, maka orang sekitar Anda akan melihat buahnya saat ini. Namun jika masih begitu banyak keramaian maupun persoalan hidup yang menjadi sekat di dalam hati kita sehingga tidak ada lagi ruang untuk menerima panggilan damai Natal, maka saatnya kini untuk membongkar sekat-sekat tersebut. Apakah itu segudang aktivitas yang membuat tidak ada lagi waktu untuk memberi perhatian bagi orang terdekat, atau ambisi-ambisi yang membuat konsentrasi sepenuhnya mengarah pada ambisi itu, hingga hubungan dengan sesama menjadi sedemikian hambarnya.

Mari simak sejenak apa yang terjadi di sekitar kita. Berdasarkan data BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) terdapat rata-rata 17 persen kasus kehamilan di luar nikah, dan aborsi mencapai 2,4 juta jiwa setiap tahun. (Kick Andy, 2012, hal. 153). Kita tidak perlu membahas siapa yang bersalah dalam hal ini, tetapi mari kita simak pengakuan Josh, seorang artis sinetron dan cover boy yang lebih dikenal dengan nama Jupiter. Josh yang melangkah jauh melampaui kehidupan pria normal dan hidup dengan bergelimang dosa, memberi pengakuan: ”Udah cobain semua … segala macam jenis kejahatan itu, kok kayaknya nggak puas gitu. Dan ternyata …. Manusia, tuh, memang didesain sama Tuhan ada satu ruangan yang kosong yang nggak bisa diisi oleh siapa pun. Nggak bisa diisi oleh seks, nggak bisa diisi apa pun, nggak bisa diisi oleh keglamoran, dan buat saya ruang itu cuma bisa diisi oleh Tuhan Yesus. (Kick Andy, 2012, hal. 161)

Kita tentu tidak perlu mencoba jatuh dulu ke dalam kenistaan dosa baru dapat menyadari hal sebagaimana yang terjadi pada Josh. Ruang tersebut seperti halnya sambutan para gembala dan pemilik kandang, yang masih memiliki ruang bagi sapaan Tuhan. Kita sebagai orang tua ataupun sebagai anak, juga disapa melalui salam Natal untuk menyediakan ruang bagi keluarga kita, utamanya anak-anak kita yang sedang tumbuh dewasa, agar mereka dikasihi. Memberi ruang bagi mereka, berarti memberi waktu khusus bagi mereka, bukan sekedar sisa waktu. Orientasi pemberian ruang bagi panggilan Tuhan menurut penulis sama pentingnya dengan pemberian waktu bagi keluarga, utamanya anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Bukankah firman Tuhan mengatakan: “…sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat. 25:40b). Artinya, memberi ruang kasih kepada sesama yang dipercayakan Tuhan kepada kita agar ia tetap berada pada jalan Tuhan, sama artinya dengan memberi ruang bagi panggilan syalom keselamatan yang dari-Nya. Dengan kata lain, kita telah menjaga salah satu domba Allah untuk tidak tersesat karena kehampaan hidup, sebagaimana yang dialami Josh, karena masih ada Anda dan saya, yang siap memberi ruang kasih kepada mereka.

Dengan pemaknaan tersebut, maka salam Natal akan selalu baru dari tahun ke tahun, karena setiap tahun kita akan membuka ruang baru bagi sesama kita, atau ruang yang sama kepada orang-orang yang berbeda, hingga tergenapilah apa yang dituliskan oleh nabi Yesaya, bahwa kehadiran-Nya (baca Natal) akan mengubahkan dengan (a) mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu; (b) minyak untuk pesta ganti kain kabung, (c)  nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar. 

Itulah Natal yang memberi ruang, agar angka statistik yang dilansir BKKBN terus menurun, karena ada ruang yang lahir di Natal ini, di hati Anda dan saya, untuk memberi harapan kepada setiap “Josh-Josh” lain, di luar sana, dengan kehangatan karena adanya penerimaan.  Semoga ….

Selamat Natal dan tahun baru 2013, selamat memberi ruang melalui Natal. (erh 291112 bdj)

Bacaan :
Mulyono, Yohanes Bambang, Pdt. Pelita Umat : Ulasan Tafsir Alkitab yang Kritis, Mendalam, dan Menggugah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)

Tim Penulis Kick Andy, Kick Andy : Kumpulan Kisah Inspiratif 3, (Jakarta : Bentang, 2012)

img.imageResizerActiveClass{cursor:nw-resize !important;outline:1px dashed black !important;} img.imageResizerChangedClass{z-index:300 !important;max-width:none !important;max-height:none !important;} img.imageResizerBoxClass{margin:auto; z-index:99999 !important; position:fixed; top:0; left:0; right:0; bottom:0; border:1px solid white; outline:1px solid black;}

img.imageResizerActiveClass{cursor:nw-resize !important;outline:1px dashed black !important;} img.imageResizerChangedClass{z-index:300 !important;max-width:none !important;max-height:none !important;} img.imageResizerBoxClass{margin:auto; z-index:99999 !important; position:fixed; top:0; left:0; right:0; bottom:0; border:1px solid white; outline:1px solid black;}