Menumbuhkan Jiwa Wirausaha

Oleh : Rihat Hutagalung

Tanggal Posting : 23 September 2013

Robert Kiyosaki dalam bukunya “Cashflow Quandrant” (Pustaka Gramedia) menyatakan bahwa pada dasarnya pekerjaan dapat digolongkan menjadi empat jenis: Employee (menjadi pegawai di perusahaan atau di pemerintahan), Self Employee (melakukan pekerjaan sendiri sesuai keahlian: dokter, pengacara, dll.), Business Owner (wirausahawan: menciptakan suatu sistem dan merekrut orang lain untuk menjalankannya), dan Investor (melakukan investasi, membiarkan uang yang bekerja untuk kita). Employee dan Self Employee termasuk dalam kuadran kiri, sedang Business Owner dan Investor termasuk dalam kuadran kanan. 

Menurut Kiyosaki, agar kita bisa menikmati kebebasan finansial, maka kita tidak cukup berada di kuadran kiri, tapi harus berusaha masuk ke kuadran kanan. Pada kuadran kiri pendapatan kita sepenuhnya tergantung pada usaha kita sendiri, sedangkan pada kuadran kanan pendapatan kita berasal dari sistem yang kita ciptakan dan uang yang kita investasikan. 

Untuk bisa masuk ke kuadran kanan sebagai Business Owner diperlukan pengetahuan mengenai sifat-sifat dan watak menjadi seorang pemilik usaha yang sukses. Selain itu diperlukan juga mempelajari latar belakang para pemilik usaha yang berhasil dan bagaimana mereka menjalankan usahanya. Tulisan ini berusaha merangkum hal-hal tersebut sebagai panduan singkat bagi mereka yang bermaksud memulai usaha sendiri. 

Apa ciri-ciri seorang yang berjiwa wirausaha?

Menurut Geofffrey Meredithet al dalam buku “Kewirausahaan” (Penerbit PPM, 2002) profil seorang wirausahawan memiliki ciri-ciri serta watak antara lain: percaya diri (yakin dan tidak tergantung), berorientasi pada tugas dan hasil (ada kebutuhan akan prestasi, berorientasi pada laba, tekun dan tabah, tekad bekerja keras, mempunyai dorongan kuat, enerjik dan inisiatif), pengambil risiko (mampu mengambil risiko, suka tantangan), kepemimpinan (berperilaku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain, menanggapi kritik dan saran), orisinalitas (inovatif, kreatif, fleksibel, serba bisa), dan berorientasi ke masa depan (perseptif). 

Mengapa wirausahawan sukses memilih berwirausaha?

Ada banyak alasan mengapa para wirausahawan sukses masuk ke dalam dunia usaha. Bagi Bob Sadino, hal itu didasari oleh keinginan untuk merdeka. Merdeka dalam arti bebas dari perintah orang lain dan bebas untuk menentukan rencana sendiri. Dengan keinginan merdeka tersebut, Bob Sadino meninggalkan pekerjaannya di PT Djakarta Loyd di Amsterdam dan Hamburg. Beserta keluarga ia kembali ke Indonesia pada tahun 1967 dan memulai usaha penjualan telur kebutuhan para ekspatriat yang tinggal di kawasan Kemang. Bob, sebagaimana Anda tahu sekarang memiliki jaringan bisnis Kem’s Chick

Bagi Sofyan Ponda, pendiri jaringan Hotel Sofyan Groups, memaparkan dalam bukunya, “Pendiri Hotel-hotel Kecil” (1992), bahwa yang ingin ia capai dalam bisnis adalah kepuasan. Untuk itu Sofyan rela meninggalkan jabatannya di Departemen Keuangan pada akhir tahun 60-an lalu memulai bisnis hotel dari rumahnya di Jl. Gondangdia 108 yang ia jadikan losmen (sekarang Hotel Menteng).  

Bagaimana mereka membangun keberhasilan?

“Roma tidak dibangun dalam sehari.” Analogi yang sama juga berlaku bagi sebagian besar para entrepreneur. Proses jatuh bangun membangun usaha selama puluhan tahun adalah gambaran umum wirausahawan besar. Umumnya mereka memulai dari anak tangga yang paling bawah dengan cucuran keringat dan air mata. Sebutlah Bob Sadino yang mulai menjual telur dari rumah ke rumah. Kemudian usahanya meningkat ke penjualan daging segar, daging olahan dan sayur-mayur. Menurut Bob Sadino selama menjalani usaha 48 tahun, kunci keberhasilan usahanya ada tiga hal. Pertama, bebaskan diri dari rasa takut. Kedua, bebaskan diri dari rasa terlalu berharap akan keuntungan. Ketiga, bebaskan diri dari pikiran sendiri seperti konsep, keyakinan, anggapan dan lain-lain. Jalankan bisnis Anda seolah-olah Anda tidak tahu apa-apa, karena ilmunya akan datang dengan sendirinya (Majalah Elshinta, Juni 2011). 

Agung Laksono, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Mantan Ketua DPR serta pemilik beberapa perusahaan seperti AN-TV, dan lain-lain, memulai bisnisnya dengan mendirikan Cleaning Service sebelum tamat kuliah di Fakultas Kedokteran UKI pada awal tahun 70-an. Yang menarik, Agung melakukan pekerjaan cleaning service tersebut sendirian di malam hari agar tidak dilihat oleh teman-temannya. Kemudian Agung mendirikan CV yang bergerak di bidang cleaning service perkantoran. Bisnisnya semakin berkembang seiring keterlibatannya dalam partai politik besar Indonesia.   

Purdi Chandra, memulai usaha bimbingan belajar Primagama dengan hanya mempunyai dua orang murid pada awal tahun 80-an. Sekarang jaringan waralaba Primagama sudah tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini selain usaha bimbingan belajar Primagama, Purdi juga memiliki bisnis restoran Padang, toko retail, properti, Entrepreneur University yang khusus mendidik dan membina calon wirausahawan tanpa ijazah, dan lain-lain. Dalam membangun dan mengembangkan bisnisnya, Purdi memiliki tiga konsep. Konsep pertama, BODOL (Berani, Optimis, Duit Orang Lain). Maksudnya, dalam menjalankan bisnis kita harus berani dan optimis. Jika saat memulai bisnis kita tidak mempunyai cukup uang, kita bisa menjalankan bisnis dengan meminjam duit (uang) orang lain, yang penting usahanya mempunyai prospek. Konsep ke dua, BOTOL (Berani, Optimis, Tenaga Orang Lain). Maksudnya, jika kita mempunyai modal, kita dapat mengunakan tenaga orang lain untuk menjalankan bisnis, sehingga tidak perlu menggunakan tenaga kita sendiri. Konsep ke tiga, BOBOL (Berani, Optimis, Bisnis Orang Lain), artinya jika kita tidak memiliki ide bisnis, kita dapat meniru bisnis orang lain yang sudah berjalan. 

Pengalaman-pengalaman di atas membuktikan bahwa ada proses panjang dan berliku yang harus dilalui sebelum bisnis tumbuh menjadi besar dan kuat. Terdapat kerikil-kerikil dan jalan yang licin maupun terjal yang mesti dihadapi. Justru rintangan ini nampaknya menjadi pemacu semangat mereka untuk lebih giat dan matang dalam mengarungi dunia usaha. 

Mari kita kembali kepada pendapat Kiyosaki mengenai empat kuadran pekerjaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa kita sulit untuk berada dalam kebebasan finansial jika tetap bertahan di kuadran pertama sebagai employee. Tingkat persaingan usaha yang keras akan membuat kita senantiasa terancam kehilangan pekerjaan. Tingkat inflasi dan kenaikan harga yang jauh melebihi kenaikan gaji, serta aneka ragam pajak yang harus kita bayar membuat pilihan sebagai pegawai yang berlama-lama bukan lagi pilihan yang aman. Kita didorong untuk mulai bergerak ke kuadran kanan, baik sebagai business owner atau investor. Prosesnya bisa dilakukan bertahap, tidak harus secara drastis. Namun yang pasti kita perlu segera memulai. Kita akan mengarungi suka duka seperti yang telah dijalani oleh mereka yang telah lebih dahulu berhasil.