TAAT DAN SETIA SEPERTI MARIA
Oleh : Richardo Sitorus
Tanggal Posting : 21 December 2014
Sungguh berat beban Maria, ia bukanlah robot. Maria juga bukan perempuan yang pasrah-pasrah saja. Tidak! Ia manusia yang mengalami gejolak ketika pertama kali mendengar sabda malaikat. Bahkan ketika pertama kali malaikat masuk ke rumahnya dan menyapa, ia terkejut mendengar perkataan itu. Dalam bahasa Yunani yang dipakainya adalah diatarasso, yang artinya: amat kacau, masygul atau galau. Reaksi yang wajar ketika ia mendapati dirinya diberi kepercayaan Ilahi akan menjadi bunda bagi bayi Kristus, Mesias bagi dunia.
Sesuatu yang sangat indah, namun penuh risiko! Ia harus mengandung di saat statusnya masih bertunangan dengan Yusuf. Ia mesti tegar dengan konsekuensi stres, ketika menghadapi aib di mata, mulut dan hati orang yang akan dijumpainya. Konsekuensi terparah yang diterima pada masa itu adalah ia akan dirajam. Namun Maria menerima karunia yang diberikan Allah dengan segala risikonya. Kata “dikaruniai” berasal dari bahasa Yunani “Kharis”, mendapat sesuatu dari Allah bukan mengusahakan sesuatu sehingga diberi. Kharis adalah anugerah cuma-cuma yang diberikan Allah dalam rangka satu penugasan. Bukan penerimaan pasif, namun penerimaan aktif, dalam rangka meneruskan rahmat Allah bagi dunia melalui dia yang dikaruniai itu.
Maria adalah seorang yang rela dan berani menanggung ketegangan antara rahmat dan aib kesalahan sosial. Ia bersedia diolah oleh Allah (bergumul) sehingga kemudian mendatangkan kesejahteraan besar bagi umat manusia. Maria menjadi contoh hidup beriman yang tahu persis bahwa anugerah terjalin rapat dengan risiko. Misteri iman mengundang kita untuk berani menjalani kehidupan.
Apa rahasia sikap iman seperti ini? Menurut Lukas 1:26-38, setidaknya ada dua hal. Pertama, Maria sadar diri (“sesungguhnya aku adalah hamba Tuhan”). Kedua, Maria sadar Gusti, sebagai yang empunya diri Maria. (“Jadilah padaku menurut perkataan Mu”). Siapakah aku, siapakah Dia. Kesadaran yang tidak setara, karena yang satu melayani yang lain. Kesadaran diri dan kesadaran Gusti (Tuhan) mesti diletakkan dalam bingkai “kasih karunia” yang ditawarkan Maria atau kepada siapa pun yang mau belajar dari dan seperti Maria.
Allah tidak hanya menawarkan panggilan kepada Maria, namun juga memberi karunia penguatan melalui peristiwa Elisabeth (di masa tuanya yang mandul dikaruniai anak). Inilah berkat bagi orang yang tulus dan terbuka menggumuli kehendak Tuhan. Ia selalu mendapat penguatan dan menguatkan bagi pihak lain. Taat dan setia memberikan dampak yang luar biasa bagi dunia, serta menjadi teladan bagi orang-orang yang mau memberi diri dipakai untuk menjadi saluran rahmat Allah bagi dunia ini. Mau? (RST)