Berani Berkata Tidak
Oleh : Pdt. Evangeline Pua
Tanggal Posting : 10 March 2014
Jenis reptilia menjadi pilihan sedikit orang yang gemar memelihara binatang. Tidak heran, orang yang melakukannya cenderung dinilai berani, hebat dan sedikit ”menyeramkan”.
Dalam sebuah pameran, Emilie dengan bahagia bermain dengan seekor ular. Ia menghampiri saya dengan binatang bersisik itu di tangan mungilnya. Ia dan ayahnya berkelakar, ”Ma, aku mau beli satu ya.” Saya menolak tegas dan sembari berkelakar juga berkata, ”Bila kalian nekad, mama pindah rumah.”
Saya telanjur tidak nyaman dan ngeri melihat ular apalagi matanya yang berwarna tajam itu. Sebetulnya bukan karena ular itu binatang terkutuk, melainkan lebih kepada image tentangnya yang terbangun di benak saya. Rasa takut itulah yang menjadi halangan. Ular tetaplah binatang sebagaimana binatang lain yang Tuhan ciptakan (lihat Kejadian 1:20-23). Tuhan melihat semua makhluk hidup sebagai yang baik dan layak diberkati..
Kegagalan manusia untuk taat kepada perintah Tuhan itulah yang akhirnya menimbulkan dosa: terhadap Allah, kepada sesama manusia termasuk diri sendiri, dan terhadap seluruh ciptaan. Kita bertabiat labil, suka berpaling kepada hal memikat sesaat, dan melupakan Tuhan Sumber Berkat.
Ketamakan menguasai kita. Rasa penasaran mendominasi kita. Saling menyalahkan menjadi kesukaan kita. Kita terbujuk dengan nikmatnya jalan pintas atau hidup instan. Ingin cepat kaya. Mau cepat kurus. Rindu berbadan gemuk. Nyaman apabila tubuh tidak sakit. Membesarkan anak tanpa rengekan. Mempunyai pasangan yang tidak suka ngomel. Kita lebih sering memuja hidup yang tidak menderita, tanpa susah dan keluh.
Spiritualitas yang dibangun selama masa Pra-Paskah justru bertentangan dengan semua hal di atas. Matius 4:1-11 menggambarkan betapa Yesus menyukai hidup di dalam Allah. Ketika makanan, tahta dan kemuliaan ditawarkan kepada-Nya sesuai pandangan si jahat, Yesus menghardiknya. Ia sepenuhnya taat bahwa padang gurun menjadi bagian kehidupan manusia untuk belajar memahami hidup yang benar-benar bergantung kepada Bapa. Roti hanya mengenyangkan sesaat tetapi firman Allah kekal selama-lamanya. Kiranya masa puasa ini menolong kita untuk tidak dikendalikan oleh mulut, telinga, atau anggota tubuh kita belaka karena mereka adalah ciptaan Allah. Mereka justru selayaknya dipelihara agar karya Tuhan semakin nyata melalui setiap kekurangan dan kelimpahan kita. (EP)
image courtesy of http://www.anthonyfernando.com/