AKULAH KEBANGKITAN DAN HIDUP

Oleh : Pdt. Evangeline Pua

Tanggal Posting : 22 April 2014

“AKULAH KEBANGKITAN DAN HIDUP”

 

Pekan lalu ada empat film pendek diluncurkan di GKI Kemang Pratama. Kisahnya ditulis dan difilmkan oleh ketiga anak muda, Tara Diso, Vita Veronica, dan Andrean Wijaya. Produksinya sendiri melibatkan banyak rekan remaja dan pemuda, juga kalangan dewasa. Ada empat judul yang diusung.

Sekuntum Mawar buat Anna; Nenek di Rumah Hijaunya; Hati-hati Gunakan Hatimu; dan Aku, Kamu dan Dia.

 

Menyaksikan penayangannya bersama dengan beberapa remaja, pemuda dan dewasa di sore itu memberikan beberapa pelajaran menarik di dalam menapaki minggu pra-paskah ini.

 

Pertama, kehidupan dan kematian itu berharga ketika kita mengalaminya di dalam Tuhan. Belakangan ini bunuh diri menjadi peristiwa yang semakin mengemuka. Seorang perempuan di Bandung mengaku hamil pada suami keduanya. Panik lalu ia menculik bayi yang baru dilahirkan. Frustrasi ketahuan ia lalu pernah mencoba bunuh diri. Pada saat yang sama, kehidupan yang berfoya-foya juga semakin digilai.  Betapa banyak orang membuang waktunya hanya untuk klik berbagai tautan di dunia maya. Posting berupa gambar hanya dengan tujuan menjadi yang disukai oleh kawan-kawannya. Banyak pihak juga tidak segan-segan memasuki ruang pribadi orang lain. Mencuri akses untuk mengirimkan pesan singat (sms) demi naiknya pendapatan dari barang atau jasa yang dijualnya. Promosi badan langsing secara kilat. Uang tunai cepat. Nomor ponsel cantik dan sebagainya.

Namun bacaan Alkitab mengingatkan kita bahwa kehidupan dan kematian berharga ketika kita mengalaminya di dalam Tuhan. Keuntungan, ketenaran jangan pernah menjadi tujuan hidup yang diagungkan. Rasul Paulus mengatakan keselamatan dan iman adalah pemberian Allah (anugerah). Keinginan daginghanya akan mengarahkan kita pada dosa yaitu maut. Sebaliknya, keinginan roh membawa pada keselamatan (Roma 8:6).

 

Kedua, gunakan waktu yang ada sebab di dalamnya Allah tidak pernah berhenti berkarya. Kisah-kisah pendek dalam film remaja-pemuda tadi (tentu Saudara perlu menontonnya) memperlihatkan bagaimana waktu itu Tuhan yang punya. Anna bergumul dengan penyakitnya dan merasa nyaris putus asa. Sang nenek senang mengajari Daniel dan Jessica menanam serta  memperlihatkan kepada mereka bahwa tumbuhnya bibit pohon itu  merupakan tanda pengharapan hidup di dalam Tuhan. Om Kumis juga memerankan betapa pelayanan semestinya dilakoni dengan kesungguhan dan kerelaan hati. Ella mencerminkan kekuatan kaum muda dalam menemukan cara hidup di dalam Tuhan.Demikian pula bacaan tentang pengalaman Lazarus yang dibangkitkan.

Martha dan Maria begitu mengasihinya. Mereka sadar ada saat bersedih tetapi pengharapan tidak boleh melenyap. Mereka kemudian semakin percaya bahwa waktu itu Tuhan yang punya. Mereka mengelola kesedihannya di dalam Allah dan membiarkan Yesus menolong semuanya.

“Akulah kebangkitan dan hidup”, demikian ucap Yesus (Yohanes 11:25). Mencari nafkah, menumpukan modal dan bahan pangan, mencari serta menjadi kawan  adalah hal yang tidak mungkin kita sangkal. Namun di dalam semua proses itu biarlah kita menyadari sepenuhnya bahwa Allah itu Pencipta dan Pemelihara jagad raya. Hiduplah dengan mematikan segala nafsu, matilah secara terhormat sesuai dengan waktu Tuhan. Gunakanlah tahun, bulan, minggu, detik yang berjalan untuk memberitakan berita pembebasan dari Tuhan Sang Maha Kasih (EP).