AKULAH SANG PEMENANG

Oleh : A.B. Yulianto

Tanggal Posting : 22 April 2014

AKULAH SANG PEMENANG

 

“Kalau kita mengalah bukan berarti kalah,” itulah kira-kira kata-kata bijak yang sering kita dengar dari orang-orang di sekitar kita.

 

Pengertian dunia mengenai arti pemenang adalah bila ada pihak yang dikalahkan. Itu berarti kita dikatakan menang apabila kita dapat mengalahkan lawan-lawan kita atau pesaing-pesaing kita. Dari bacaan Yesaya 50:6-9 dijelaskan seorang hamba Tuhan tidak mengadakan perlawanan fisik terhadap musuhnya, bahkan ia memberi punggungnya kepada orang yang memukulnya dan pipinya kepada orang yang mencabut janggutnya, bahkan ia tidak menyembunyikan mukanya ketika ia dinodai dan diludahi, namun ia merasa menjadi pemenang karena berkeyakinan bahwa Tuhan Allah telah menolong dan meneguhkan hatinya.

 

Ada musuh yang berada di dalam tubuh kita sendiri yaitu rasa sakit hati, dendam, dan benci. Apabila kita tidak dapat mengalahkan musuh yang berada di dalam hati kita sendiri, maka hidup kita menjadi sengsara, merana, berduka, dan akhirnya kita jatuh sakit bahkan hilang ingatan (Mzm. 31:10-11 & 13). Musuh seperti ini hanya dapat dikalahkan dengan percaya bahwa Tuhan akan menolong kita (Mzm. 31: 15-16).

 

Filipi 2:5-11 menyatakan, ”Hendaklah kamu dalam hidup bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan” bagi kemuliaan Allah Bapa!” Dalam pernyataan tersebut jelas terlihat bahwa kekuatan merendahkan diri di hadapan Allah, merupakan kekuatan yang besar untuk masuk dan melewati penderitaan dalam ketaatan menuju pada kemenangan hidup.

 

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem, Ia menyuruh dua orang murid-Nya untuk melepaskan dan mengambil keledai. Yesus naik ke atas keledai itu dan banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan dan memotong ranting-ranting pohon serta menyebarkannya di jalan dan mereka berseru katanya, “Hosana bagi anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Hosana di tempat yang maha tinggi!” Melalui sorakannya mereka hendak menunjukkan sebuah dukungan yang kuat bahwa mereka akan bersama Yesus memperjuangkan kemerdekaan dan kemenangan atas kerajaan Romawi, akan tetapi Yesus tidak memimpin bangsa itu untuk melakukan peperangan dan mengusir penjajah dari tanah Israel tetapi Ia datang untuk memberikan keselamatan kepada manusia dan mendamaikan manusia dengan Allah. Ia datang tidak dengan kekuatan senjata melainkan dengan kasih, damai, anugrah, belas kasihan dan pengorbanan. Ia datang dan berkorban untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan dan memperoleh hidup yang kekal. Yesuslah Sang Pemenang sejati. (ABY)