PERJUMPAAN DI TENGAH PELARIAN

Oleh : Rumanti Yuliasih

Tanggal Posting : 20 July 2014

Kej. 28:10-19; Mzm. 139:1-12,23-24; Rm. 8:12-25; Mat. 13:24-30, 36-43

 

Hidup adalah perjuangan. Demikian ungkapan yang akrab di telinga kita untuk menggambarkan bahwa hidup di dunia ini sarat dengan berbagai pergumulan. Ya, pergumulan hidup manusia memang tak ada habis-habisnya. Dari sekian banyaknya pergumulan, ada yang disebabkan kesalahan sendiri, ada yang disebabkan kesalahan orang lain, namun ada juga yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. 

 

Kejadian 28:10-19 mengisahkan tentang pergumulan hidup yang dialami seorang anak manusia, yakni Yakub. Pergumulan hidup Yakub yang berat itu sebenarnya bermula dari kesalahannya sendiri, yaitu menipu kakak dan ayahnya. Akibat kesalahannya itu, ia tercerabut dari keluarganya dan harus melarikan diri.

 

Seperti Yakub, kita pun kerap menghadapi pergumulan hidup di sepanjang kehidupan kita. Berbagai kesalahan yang kita lakukan berakibat pada pergumulan (meskipun tidak semua pergumulan disebabkan kesalahan kita sendiri; bisa juga karena kesalahan orang lain atau sebab yang tak jelas). Tak jarang pergumulan itu membawa penderitaan yang begitu berat, seperti sakit bersalin menurut istilah Paulus dalam Roma 8. Kadang kita merasa terpojok dan tak dapat melakukan apa-apa.   

 

Syukur kepada Allah, Mazmur 139:5 menegaskan bahwa Tuhan ‘mengurung’ manusia dari belakang, depan, dan atas, untuk melindungi dan menuntun manusia dalam hidupnya. Maka dalam keadaan terpojok dan terkurung sekali pun, semestinya kita percaya bahwa Tuhan melindungi dan menuntun, seperti pengalaman Yakub  dijumpai Tuhan pada awal pelariannya. Perjumpaan itu mengubah hati Yakub. Tuhan berjanji menyertai dan melindungi Yakub, bahkan Tuhan mengingat akan perjanjian-Nya dengan Abraham dan Ishak, yang diteruskan kepada Yakub. Maka, Yakub menamai tempat perjumpaan dengan Tuhan itu ‘Betel’ yang berarti Rumah Allah.

 

Melalui kisah Yakub tersebut, biarlah setiap kita senantiasa menyadari kehadiran Tuhan dalam hidup kita, agar kita dapat mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Dengan demikian, pergumulan hidup yang berat bukanlah suatu kutukan atau penderitaan, melainkan ‘Betel’, di mana Allah berkenan menjumpai kita, memperbarui janji-Nya untuk melindungi dan menyertai, serta kembali menguatkan kita untuk melanjutkan hidup kita dalam segala pergumulan.

(RYS/Sumber: Dian Penuntun Edisi 18)